Kembali kutulis kisahku dengan harapan ada ibroh didalamnya…
Dia begitu anggun, begitu tenang saat menyaksikan suaminya menikahiku. Tak ada air mata apalagi amarah. Yang ada justru senyum manis dan canda yang dia lontarkan padaku…
Di malam pengantinku… Dia mendatangiku, menyiapkan diriku untuk suaminya. Tingkah lakunya begitu membuat heran keluarga dan para tamu. Wanita apakah ini, apakah ada dalam hatinya sakit hati? Jawabnya adalah Tidak.
Dialah yang menginginkan suaminya untuk menikah lagi. Entah karena alasan apa, aku tak tahu.
Di hari ke empat. Tatkala suami kami mendatanginya, dengan lembut dia katakan, “Abah… seminggu ini hari ana, ana hibahkan untuk Salma, agar dia bisa lebih dekat dengan abah & bisa belajar melayani abah dengan baik dan ana hadiahkan kunyah untuk Salma dengan nama putra terkecil kita, Ummu Abdirrozaq”.
Subhanalloh, kalimat ini membuatku semakin merasa kecil dihadapannya. Maka dengan tegas kukatakan, ” afwan kak, bukan ana menolak. Tapi dalam diri suami kita ada haq anak-anak juga, jazaakillah khair.”
Subhanalloh… Mampukah kita menjadi sepertinya? Yang mampu mengesampingkan ego kewanitaannya demi melihat wajah AllaH
Subhanahu wat a”ala
>> Kisah nyata dari saudariku fillah, Ummu Abdirrozaq. Barakallaahu fiyhaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar